Di dunia yang dipenuhi kompetisi baik di ruang kelas, dunia kerja, maupun industri kreatif kadang bukan soal siapa yang paling jenius atau paling hebat. Tapi siapa yang paling bisa memberi kesan. Dan kadang, kesan itu muncul dari satu hal sederhana: memberi lebih dari yang diminta.
Saya menyadari hal ini bukan dari seminar sukses atau kutipan inspiratif di Instagram, tapi dari ruang kelas saya sendiri, dari dinamika tugas-tugas kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV).
Seperti banyak mahasiswa lainnya, saya punya rasa percaya diri terhadap karya saya. Saya merasa ide saya orisinal, eksekusi saya matang, dan secara teknis, saya tidak kalah dari siapa pun di kelas. Tapi ada satu hal yang membuat saya berpikir ulang: seseorang yang terus mendapatkan nilai setara atau bahkan lebih tinggi, meskipun secara teknis karyanya biasa saja. Kita sebut saja dia “Asep”.
Awalnya saya mengira mungkin ada faktor subjektif dari dosen. Tapi setelah saya perhatikan lebih dekat, ada satu pola yang konsisten dalam semua tugas Asep: dia selalu menambahkan sesuatu yang tidak diminta.
Saat kami disuruh membuat lukisan di atas kanvas, dia satu-satunya yang membawa karyanya dalam bingkai kayu elegan. Ketika ada tugas desain brosur, dia menyajikannya dalam bentuk cetakan lipat berlaminasi, bukan hanya file digital. Bahkan untuk tugas presentasi, dia selalu menyiapkan mockup sederhana agar idenya terasa lebih “real”. Tidak pernah diminta, tapi selalu berdampak besar.
Inilah yang kemudian saya pahami sebagai konsep “Rumus +1”: memberikan tambahan kecil di luar permintaan yang ada. Tidak besar, tidak mencolok, tapi cukup untuk membuat orang berkata: “Ini beda”.
Dalam dunia DKV, yang penuh subjektivitas dan estetika, tambahan-tambahan seperti itu memberi nilai persepsi yang kuat. Tapi sesungguhnya, prinsip ini tidak terbatas pada dunia desain. Apapun profesimu guru, penjual, fotografer, atau penulis kemampuan untuk melampaui ekspektasi adalah kunci untuk menonjol.
Rumus +1 bukan tentang menyenangkan orang lain secara berlebihan. Ini tentang membentuk kebiasaan untuk menunjukkan bahwa kita “niat”, bahwa kita menghargai proses, dan bahwa kita peduli terhadap hasil akhir yang akan dinilai orang lain.
Hari ini, ketika saya mengerjakan proyek-proyek desain, saya selalu menanyakan satu hal sederhana pada diri sendiri:
“Sudah cukup, atau bisa saya tambahkan +1 lagi?”
Dan sering kali, satu langkah kecil itulah yang membuat semua perbedaan.